Breaking News

DPD RI Lia Istifhama Gelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Bersama PMII dan KOPRI Surabaya

 

SURABAYA, mediabhayangkara.id — Di tengah derasnya arus informasi dan kian kompleksnya dinamika politik generasi muda, Anggota DPD RI Lia Istifhama menguatkan nilai kebangsaan sekaligus menanamkan pentingnya kepemimpinan cerdas di era digital. 

Hal itu ia tegaskan dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar bersama ratusan kader PMII dan KOPRI Surabaya di Balai Pelatihan Surabaya, Kamis (11/12/2025).

Dalam paparannya, Ning Lia sapaan akrab Lia Istifhama mengatakan dinamika politik yang kerap diwarnai strategi citra dan kamuflase politik. Ia menegaskan dukungan masyarakat tidak boleh hanya dibangun dari tampilan luar.

“Dalam politik, dukungan yang tidak berlandaskan nilai dan kepercayaan akan mudah goyah,” ujar Ning Lia, yang juga putri KH Maskur Hasyim tersebut.

Pernyataan itu merujuk konsep Gemeinschaft, yang diperkenalkan oleh sosiolog Jerman Ferdinand Tönnies, memang berfokus pada hubungan sosial yang didasari oleh ikatan emosional, nilai bersama, dan keakraban alami, seperti yang ditemukan dalam keluarga. Hubungan dalam Gemeinschaft bersifat otentik, personal, dan langgeng. Sebaliknya, Gesellschaft menggambarkan hubungan sosial yang didasarkan pada kepentingan rasional, kontrak, dan pertukaran impersonal

Dalam kesempatan itu, Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai di Jatim versi ARCI 2025 itu mengutip gagasan Ibnu Khaldun tentang karakter pemimpin. Kejujuran, menurutnya, penting, tetapi tidak berdiri sendiri, seperti di Nepal dimana anak mudanya memilih sosok perempuan senior sebagai pemimpin sementara usai aksi demonstrasi. 

Dari hal itu Ning Lia, yang juga keponakan Gubernur Jawa Timur itu, ada empat unsur lain yang menentukan kualitas kepemimpinan modern yakni kecerdasan dengan kemampuan membaca zaman, analisis sosial, dan kreativitas, terutama menghadapi generasi Z yang kritis. 

Dipaparkannya, kecakapan digital dimana politik kemampuan memproses data, membaca dinamika publik, serta menjaga diri dari sifat-sifat toksik. Kesehatan fisik hingga stamina yang mendukung pelayanan publik. Terakhir, kompetensi praktis hingga kemampuan menerapkan ilmu dan gagasan secara nyata.

Menurut senator yang akrab disapa Senator Cantik itu, saat ini ada konsep toxic-free leadership, yaitu kepemimpinan yang jernih, bersih, dan tidak membawa beban sosial negatif. Ning Lia menilai, di era global, opini publik sangat ditentukan oleh media dan konten digital. Negara yang kuat adalah negara yang mampu memproduksi narasi, gagasan, dan inovasi, bukan sekadar mengonsumsi.

“Dunia bisa berubah oleh pena oleh ide yang ditulis dan disebarkan, makanya saya selalu menyempatkan menulis dan membagikan dalam bentuk berita agar mudah diingat dan disebarluaskan ke masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua PC Kopri PMII Surabaya Nur Laila mengatakan, banyak ilmu baru yang disampaikan oleh Ning Lia Istifhama dan bermanfaat bagi kader-kader pergerakan. Termasuk terkait, politik modern membutuhkan kecerdasan komunikasi dan narasi yang membangun. 

“Kami dari PMII dan KOPRI jadi terdorong menjadi pemimpin yang memiliki big thinking visi besar serta memberi manfaat nyata bagi masyarakat, khoirunnasi anfa uhum linnas,” kata Laila. (*HR)

Para Pembina Media Bayangkara Group

Para Pembina Media Bayangkara Group

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya

Kapolsek Bubutan Surabaya

Kapolsek Bubutan Surabaya

Kapolrestabes Surabaya

Kapolrestabes Surabaya

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close