GRESIK – Melengkapi momen pelantikan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor Kedamean yang telah sukses digelar, terselip cerita yang mungkin luput dari perhatian. Ia adalah sosok yang menjadi pengisi pra acara momen bersejarah tersebut. Ya perempuan muda bernama lengkap Nailul Fauziyah atau yang lebih akrab disapa Mbak Nay.
Dengan mikrofon di genggaman tangan, Mbak Nay, membina suasana penuh kehangatan dengan suaranya mengalun merdu. Hari itu, sekira 53 menit ia berdiri menyambut tamu undangan yang perlahan memenuhi kursi-kursi yang telah tertata rapi.
Mbak Nay membawakan lima lagu religi dengan iringan orgen tunggal. Bukan sekadar pengisi acara, kehadirannya turut mengubah suasana formal menjadi penuh keakraban.
Kader Fatayat NU Yang Menginspirasi
Dibalik penampilannya yang memukau, perempuan kelahiran 1993 itu menjalani kehidupan sehari-hari jauh dari gemerlap panggung. Ia adalah kader Fatayat NU Ranting Katimoho Kecamatan Kedamean Gresik, sekaligus ibu rumah tangga yang saat ini merawat keponakannya—seorang bayi mungil yang ditinggal ibunya sejak usia 40 hari.
Namun tanggungan yang ia emban tak menghentikan langkahnya. Ia tetap hadir, melantunkan syair, dan terus mengabdi. Bahkan, semisal durasi yang lama memungkinkan, bayi itu ia gendong serta ke lokasi acara. Jika durasi acara terlalu panjang, ia undur diri dengan sopan.
“Kalau bayinya bisa diajak, ya saya bawa. Tapi kalau acaranya kelamaan, ya saya izin. Yang penting niat ngabdi tetap dijaga. Insya Allah, Gusti Allah ngerti,” ujarnya, Kamis (22/5/2025).
Cinta Musik Tanpa Sekolah Vokal
Lulusan Sarjana Ekonomi ini tidak pernah menempuh pendidikan tarik suara secara formal. Ia hanya berbekal satu hal, yaitu cinta pada musik. Dari banjari, gambus, qosidah, hingga sesekali membawakan lagu dangdut, ia menyanyikan semuanya dengan semangat serta menjaga etika sebagai kader Nahdlatul Ulama.
“Seni itu indah, tapi tetap harus tahu batas. Yang penting sopan, tetap jaga diri,” tutur Mbak Nay bijak.
Suara merdunya dan kepiawaiannya membangun suasana forum bukan tiba-tiba datang. Melainkan, hasil dari perjalanan panjang. Ia memulai dari latihan vokal secara otodidak, belajar berbicara di depan publik, dan ratusan kali tampil di panggung kecil dari desa ke kota. Suara itu kini mengantarkannya menjabat sebagai pengurus bidang Sosial, Seni, dan Budaya di PAC Fatayat NU Kedamean, serta aktif di Forum Daiyah Fatayat Nahdlatul Ulama (Fordaf).
“Nggak bisa cuma nyanyi, kadang harus bisa guyon juga. Wong penonton juga pengen seneng, pengen nyambung,” celetuknya.
Suara yang Membawa Dakwah
Lebih dari sekadar pengisi acara, kehadiran Mbak Nay seringkali menjadi elemen penting dalam forum-forum Fatayat maupun Ansor. Ia membawa suasana menjadi lebih cair, lebih bermakna. Lantunan suaranya menghubungkan nilai-nilai dakwah dengan sentuhan seni yang menghibur dan menyentuh hati.
Di balik kesibukannya, ada satu harapan yang terus ia bawa, yaitu agar Fatayat NU tetap solid, aktif, dan memberi manfaat nyata bagi umat serta bangsa.
“Semoga kita semua bisa saling menguatkan. NU butuh kita, dan kita juga butuh NU. Sing penting niate bareng-bareng,” tutupnya.
Dalam setiap bait yang ia nyanyikan, tersimpan keteguhan hati, cinta pada organisasi, dan semangat pengabdian yang tak pernah padam. Mbak Nay hadir bukan hanya sebagai penyanyi, tapi sebagai sosok inspiratif yang menyuarakan harapan—bukan hanya dengan suara, tetapi juga dengan hati.
Penulis: Zuhdi Yazid
(publikasi HR)
Social Footer