Jakarta – Suasana Bentara Budaya Jakarta sore itu terasa berbeda. Rabu (28/5/2025), kompleks budaya di jantung Ibu Kota menjadi tuan rumah peristiwa penting dalam hubungan bilateral Indonesia dan Prancis. Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, hadir secara langsung untuk meluncurkan dua program unggulan yang menggabungkan literasi dan kreativitas lintas negara.
Didampingi sejumlah tokoh kebudayaan, Dati meresmikan program literasi "AYO BACA!" yang digagas oleh Institut français d’Indonésie (IFI) bekerja sama dengan Gramedia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca generasi muda Indonesia dengan pendekatan inklusif dan modern. Peluncuran ini sekaligus menjadi bukti komitmen Prancis untuk mendukung penguatan budaya literasi di Indonesia.
“Kami percaya bahwa membaca adalah awal dari kebebasan berpikir, dan literasi adalah jalan menuju masa depan yang terbuka,” ujar Dati dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan para tamu undangan. Di antara mereka tampak penulis Laksmi Pamuntjak, musisi Addie MS, hingga pematung Dolorosa Sinaga.
Namun bukan hanya literasi yang jadi sorotan. Dalam kesempatan yang sama, Dati juga menyaksikan penandatanganan kerja sama strategis antara PINTU Incubator—program akselerasi fesyen berbasis budaya—dengan sekolah seni kenamaan École Duperré Paris. Penandatanganan dilakukan oleh Thresia Mareta dan Alain Soreil, yang menandai dimulainya babak baru dalam pertukaran desain lintas budaya.
Kerja sama ini akan berlangsung selama lima tahun dan diawali dengan program residensi kreatif. Para desainer muda dari Prancis dijadwalkan tinggal selama tiga bulan di Indonesia untuk mengolah kain tradisional Nusantara menjadi koleksi kontemporer bersama desainer lokal. Kolaborasi ini diharapkan memicu inovasi yang berakar kuat pada nilai lokal namun berbicara dalam bahasa global.
Menteri Dati menyebut fesyen sebagai elemen penting dari identitas budaya.
“Fesyen tidak hanya bicara soal tampilan. Ia adalah bahasa yang mencerminkan nilai, sejarah, dan masa depan bangsa. Karena itu, pertukaran kreatif seperti ini adalah bentuk diplomasi paling jujur,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa Presiden Emmanuel Macron dan Presiden Prabowo Subianto sama-sama mendukung penguatan hubungan budaya kedua negara.
Direktur IFI, Jules Irrmann, menambahkan bahwa kunjungan ini bukan hanya simbolik, melainkan langkah konkret untuk menyusun infrastruktur diplomasi budaya jangka panjang. IFI sendiri, sejak beberapa tahun terakhir, aktif menjembatani seniman dan kreator dari kedua negara melalui berbagai program.
Sementara itu, Thresia Mareta menyebut kerja sama dengan École Duperré sebagai eskalasi dari hubungan yang telah terjalin sebelumnya. Kali ini, menurutnya, kolaborasi akan lebih menyeluruh, mencakup pelatihan, produksi koleksi bersama, hingga pameran di tingkat internasional.
“Kami ingin membentuk generasi desainer yang bukan hanya piawai secara teknis, tetapi juga memiliki kesadaran budaya dan tanggung jawab keberlanjutan,” ujarnya.
Dengan lebih dari 10.000 pendaftar sejak didirikan pada 2022, PINTU Incubator telah menjelma menjadi platform penting bagi desainer muda Indonesia. Kerja sama dengan Prancis ini akan semakin mengukuhkan peran Indonesia sebagai salah satu pusat inovasi kreatif berbasis budaya di Asia Tenggara. Dan Bentara Budaya, hari itu, bukan sekadar gedung pertunjukan—melainkan saksi dari persahabatan dua bangsa yang dirajut lewat kata dan karya.
(Hera/ella)
(publikasi HR)
Social Footer